Sunday, December 11, 2011

Sekolah Dasar

ini bukan sekolah ku tapi kira-kira mirip kondisinya dengan ini

Kali ini aku mau berbagi soal ironi  pendidikan versi kampung ku. Mungkin bagi sahabat yang sudah membaca posting ku “MALIGI”,  disana aku jelasin soal kondisi kampung ku yang jauh dan terisolir. Lain halnya dengan kampung, sekolah dasar di Malgi hanya ada dua yaitu SD N 07(sekarang 04) dan SD Inpres( sekarang SDN 05) yang tidak begitu layak. Aku sendiri sekolah di SD 07. Sekolah kami hanya memiliki 5 kelas dengan jumlah kursi yang terbatas disetiap kelasnya. Setiap awal tahun ajaran baru, biasanya murid bisa mencapai dua kelas, sehingga sekolah di bagi jadi dua shift, pagi dan siang. Karena keterbatasan bangku di kelas Kami berbagi bangku hingga bisa 4 atau 5 orang duduk di satu bangku yang sebenarnya hanya diperuntukan 3 orang.Guru kami di datangkan dari berbagai daerah lain di wilayah Pasaman Barat. Namun jumlahnya masih terbatas. Mungkin kondisi ini tidak separah di daerah-daerah seperti sekolah hutan pedalaman, namun  cukup memilukan mengingat kampung ku bukan lah hutan pedalaman. Guru PNS hanya beberapa orang saja, dan tidak jarang karena kondisi kampung yang jauh dan sulit di jangkau, tak jarang Beliau minta di pindahkan. Selebihnya untuk belajar mengajar di sekolah di bantu oleh guru-guru honor, yaitu, para pemuda tamatan SMA dari kampung ku yang tidak melanjutkan kuliah dan juga tidak dapat pekerjaan yang lain. Aku sendiri di ajarkan oleh guru (PNS) yang sama di kelas 1, 2,5, dan 6. Sementara kelas 3 dan 4 di ajar oleh guru honor. Pada awal aku masuk SD, jumlah kami mencapai 50an orang, sehingga harus di bagi dua kelas. Namun, seiring perjalanan waktu, satu persatu teman-teman ku mulai berguguran dan menghilang. Pindah sekolah bukanlah salah satu alasan mereka. Mayoritas orang tua di kampung ku adalah nelayan, pada masa itu, ikan masih mudah di dapat dan jumlahnya cukup banyak. Sebagian yang tidak melaut menjadi buruh penjemur atau membelah ikan untuk di jemur. Pekerjaan ini seringkali juga jadi pekerjaan para anak se usia kami. Denga alasan ini pula (membantu orang tua), beberapa teman ku memutuskan untuk tidak sekolah. Alasan lainnya malah lebih ironis lagi. Aku masih ingat, bagaimana banyak di antara kami yang tidak bersepatu ke sekolah. Bahkan, ada yang hanya pakai sandal jepit swallow. Karena biasanya, anak-anak disini hanya dapat baju ataupun sepatu/sandal baru setiap lebaran saja. Jika lebaran ini dapat sandal, jadilah itu yang di pakai ke sekolah. Namun sepertinya guru-guru kami tidak begitu senang dengan kondisi ini, kami sering ditegur di kelas. Bahkan saking kesalnya, pernah suatu kali guru kami mengancam, bagi siapa yang tidak pakai sepatu dalam 2 minggu ke depan, maka akan di suruh pulang saja. Nah, masalahnya lagi, mungkin bagi sebagian orang beli sepatu butut tak lah sulit. Namun, karena harga sepatu sebanding dengan 5 liter beras(harga waktu itu), sepatu tentulah buka prioritas untuk di beli orang tua murid. Jadilah salah satu teman kami tidak lagi sekolah lagi dengan alasan, pasti di usir juga karena orang tuanya menolak untuk membelikan sepatu (T______T)Sekolah ku juga tidak memiliki perpustakaan. Kami mungkin memiliki beberapa koleksi buku di sebuah rak, namun tak ada seorang pun dari kami yang bisa membaca atau meminjamnya. Rak tersebut terletak di ruang kepala sekolah dan berdebu. Aku sendiri sangat suka membaca, dan untungnya karena aku berteman dekat dengan salah satu anak guru ku di sekolah yang mana beliau memegang kunci kantor kepala sekolah. Jadilah aku dapat akses membaca buku-buku itu. Namun tetap tak boleh di bawa pulang. Aku hanya boleh  membaca buku tersebut di rumah Beliau. Kelas-kelas di sekolah ku sperti sekolah jelek kebanyakan dengan atap bocor, kaca nya sudah pecah, pintu yang rusak sehingga setiap malam jadi tempat bermalam kambing-kambing penduduk sekitar. Jika hujan dating saat kami belajar di kelas yang bocor, biasanya jika tidak bisa lagi di atasi, kami sering dipulangkan lebih awal.  kami hanya memiliki satu sumur di sekitar sekolah. Karena  Murid  tidak di ajarkan untuk buang air kecil di tempatnya. Sehingga, biasanya para murid buang air kecil di belakang kelas masing-masing(maaf-bahkan di saat belajar sering terdengar bunyi orang buang air kecil dari belakang kelas).^__^Karena jauhnya dinas yang biasa mengntrol sekolah. Guru-guru kami jadi sering bolos. Bahkan guru yang datang pun tidak mengajar selayaknya. Lucunya, ada salah satu kelas yang di mulai jam 10 dan bubar pada jam 11…woooowItu ceritaku..apa ceritamu???????

No comments:

Post a Comment